Emak….di samudera lautan cintamu, aku dan adik-adik berenang dalam ombak dan badai kehidupan.
Kami selamat, insya Allah, hanya karena restumu. Kami bersimpuh di ujung jari kakimu nan runcing, ketika air matamu jatuh di ubun-ubun kami dalam embun kehidupan.
Abadilah emak di sana di dalam keridhaan-Nya. Semoga Sang Khaliq memberi kita nafas perjumpaan kelak….
Aba’, belakangan mengiringi Emak.
Pada saatnya kita saling bertatap, pada lingkup horison tak bertepi.
Nakhoda bahtera sepanjang hayatnya , telah memberikan anti luka dan duka sepanjang dengus waktu.
Kami berangkulan dalam bayangan yang tak pernah menghilang.
Abak adalah Panglima balatentera di komunitas dan dialah yang kukagumi, bukan siapa. Di bahunya yang kokoh, aku tengelam dalam mimpi suatu kali.
Abak, aku mau ke Mesir dan ke Amerika. Abak menepuk punggungku. Dengan senyumnya yang beriwibawa, seakan dia menjawab igauanku. Beberapa dekade setelah itu, bukan hanya Mesir dan Amerika tetapi hampir suluruh kulit bumi, aku tapaki.
Dan ketika kami mengelilingi Ka’bah, abak mengajakku menengadah ke langit dengan angan terbuka dan mata yang basah, emakmu di sana….
Kini keduanya sudah di sana…doa kami dengan tissue basah, mengkilau ke arasy …Ya Allah, ampuni keduanya dan sayangi keduanya sebagai mana keduanya memaafkan kami dan menyayangi kami…Amin…. — with Suharti Karim, Iqbal Shofwan, Putri Bulqish Shofwan, Shofwim Shofwan, Imnati Ilyas, Adam Shofwan and Maizar Karim.